Sabtu, 27 April 2013

CINT(eh)A Short Movie.

Holla, Assalamualaikum pemirsah LDR. Insan dimana kalian merasa kesepian saat sabtu malam dan malam-malam lainnya. 

Seperti janji mimin, akhir bulan ini bakal nayangin short movie LDR, oke film ini diadaptasi dari buku My @LongDistance_R yang naskahnya sebagian ditulis sama co-admin akun @LongDistance_R Amalia Laily atau @amelimol dengan dibantu oleh Dita dari pihak Production House. Gue (Amank Qadafi) juga berperan dalam pembentukan naskah, karena dalam adegan yang dari sini gue dan amel yang membuat.

CINT(EH)A
Analogi Cinta Jarak Jauh Terhadap Teh.
@LongDistance_R Mempersembahkan


Semoga kamu terhibur dengan adanya film pendek ini, maaf jika ada beberapa adegan dan akting pemain yang masih kaku, karena kita dan tim sendiri masih dalam tahap awal untuk membuat film ini,  mohon pengertiannya ya...

Jika ada kritik dan saran, silahkan teman-teman kirimkan ke email kami yang baru longdistancerstory@gmail.com. Oiya, email lama kami yang longdistancesharing@gmail.com sudah tidak aktif, ada kesalahan teknis yang membuat google menghapus email tersebut. 

Jadi, kami tunggu, ya, saran teman-teman. semua demi kebaikkan film kami selanjutnya. Untuk project film selanjutnya kami sedang berencana mengadaptasi salah satu cerita yang ada dalam buku #twitLongDistance_R di beli aja dulu, bukunya yang seharga 25.000,- dan kami sedang menunggu polling bab manakah yang cocok untuk difilmkan. jadi, buat kamu yang udah baca buku #twitLongDistance_R di tunggu yaa email-nya. 

Sekian, selamat menikmati filmnya. Mohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam film pendek ini.


Wassalam.


Admin Rahardian. 


Rabu, 24 April 2013

CINT(EH)A Short Movie (Behind The Scene)

Holla semuanya, temen-temen LDR seperjuangan, setanah air, dan sepemahaman. 

Akhir 2012 kemarin mimin sempet heboh ngetweet film pendek yang mimin garap dari buku ke-empat, judulnya My @LongDistance_R dan film ini dari salah satu babnya, dengan judul yang sama Cint(eh)a tapi ini beda, ada campuran beberapa konflik yang sering kita rasakan, dan semua dialog yang ada di film ini terinspirasi dari salah satu judul blog yang pernah dipublish di sini. Nah, kali ini mimin bakal kasih tau siapa yang main di film ini, siapa krunya, dan proses-proses pembuatanya. 

Di Film ini menggunakan dana 70% dari dana pribadi kita sendiri, sisanya dari sponsor penerbit  bypass, selaku penerbit buku tersebut, LDRMerchs, dll. Banyak kendala saat pembuatan film ini mulai dari proses casting sampe syuting, tapi alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Meskipun di proses syuting ada kendala di jadwal kru dan artis yang notabene semuanya masih mahasiswa, kebentur jadwal kuliah, UAS, dan liburan UAS. Tapi, dengan tenaga seadanya film ini akhirnya rampung juga. 

Langsung aja gak usah banyak basa-basi lagi, ini cover filmnya. 


Di film ini, hanya ada dua pemain, gak usah banyak-banyak karena kita juga gak cukup dana buat bayar pemainya, hehehe... Yang dua ini juga gak kita bayar, tapi mereka senang gabung di film ini. 

Mari, mimin perkenalkan 2 pemainnya. 

Photo ini salah satu dariu adegan film.
Aktingnya bagus, karakter cowok cueknya kena banget. 

Photo ini salah satu dariu adegan film.
Aktingnya lumayan bagus, ada beberapa percakapan yang keliatan ngapal, over all dia bagus banget mendalami karakter cewek yang gampang ngerengek di film ini. 

Banyak kekurangan yang didapat di film ini, tapi ada beberapa petikan-petikan kalimat yang kamu dapat, mulai dari ketika mereka berdua debat karena cowoknya sibuk, dan percakapan romantis yang mereka lakukan di salah satu cafe saat pertama mereka pertama jadian. Harap maklum berhubung semuanya kita masih tahap awal dalam pembuatan film ini. Ya jadi harap mengerti dengan keadaan ya temen-temen. 

Mimin kasih bocoran adegan-adegannya, ya. 





Itu kaos yang dipake beli di @LDRMerch


Nah, sebagian narasi film, di ambil dari bab ini. 







Dan Film ini bakal kami tayangkan di youtube (Jadi semua orang bisa nonton secara gratis), tanggalnya kami belum tentukan, pastinya Bulan ini, bulan april. 

Dan film ini enggak ada apa-apanya jika tanpa tim yang hebat, semua perhelatan akan sukses jika di belakangnya terdapat tim yang hebat dan kuat, terimakasih untuk Take Production House ( Mustafa, Danil, Ridho, Maul, Indri,  Dita dan semua temen-temen, maaf ya gak bisa disebutkan satu persatu, saya lupa semuanya. hehe...)

Photo-photo tim film ini. 

Kita gak sepasang ya.

Sedang Diskusi Script

Pengambilan gambar



Ini shooting hari ke-empat di Cafe. 

Sekian... 
Semoga Film pendek ini menghibur, dan ada pelajaran-pelajaran yang didapati, saya cukup puas dengan kerja keras semua pihak yang bergabung dalam film ini. 


Sekali lagi, semoga film ini membuat anda terhibur. 

Terima kasih. 
Titik dua bintang.

Jumat, 19 April 2013

Pertengkaran Semalam.


Kau menyisakan tangis, pertengakaran semalam.
Di antara kita. Kini, ku harus berdiri ditepian hati bimbang tuk memilih.
Kau harus tahu, dalam hatiku bergetar waktu ku tahu, kau terluka saat aku.
Buatmu menangis, buatmu bersedih. Inginku memelukmu dan ucapkan maaf, maafkan aku.  – Maaf (Jikustik)

Sayup-sayup lagu itu terdengar dari playlist Mp3-ku ketika aku dalam perjalanan pulang kerja. tak sengaja aku memutarnya, dan tiba-tiba teringat akan pertengakaran semalam. Rasa bersalah itu terasa masih ada, masih terluka. Dan dia? Dia entah apa yang dilakukannya setelah kita bertengkar semalam, hanya karena masalah yang sama; Jenuh.

Padahal jenuh bisa kita atasi bersama, dengan menelponnya berjam-jam. Tapi entah kenapa semalam dia terlalu rindu dan berat untuknya untuk tidak mengeluh, mencoba tetap menahannya malah membuatnya semakin emosi. Aku diam, malah dianggap tak peduli, padahal aku sedang menunggu dia reda agar menjelaskannya kalau waktu kita menelpon akan dihabiskan dengan sia-sia, pertengkaran.

"Ada apa lagi? Kau hanya datang padaku saat kau butuh dan sepi kan? Sana" Kalimat pertama yang dia ucapkan saat aku menelponnya
“Aku sebenarnya datang atas panggilan rindumu, itu saja. Kau salah beranggapan” Aku mencoba menjawab setenang mungkin agar keadaan baik-baik saja.
“Kau tahu apa itu rindu? Kau datang saat aku sudah terlalu lelah. Bukan anggapanku yang salah kalau begitu”
“Kau membatasi diri dari rindumu, aku terlalu sibuk, maaf jika batas kerinduanmu sudah habis, lalu aku telat hadir untukmu. Masih ingin telponan dengankukan?”
“Kau ada di mana saat aku terdiam? Saat kecewa dan senang dirasakan bersama seperti ini, aku sudah tak tahu lagi. Kau senang aku mati rasa?”
“Kau mungkin sudah lelah dengan kesibukkanku, bukankah pekerjaanku di sini untukmu juga? sadarkah kalau ini demi dirimu? Mungkin kau merasa kecewa, akupun sama. tapi apa salahnya menenangkan diri sejenak untuk mengerti. Sayang” Aku menahannya agar tak memotong pembicaraanku.
“Bisa tenangkan sedikit apa yang kau pikirkan tentang dari sisi ketidak pekaanku menjelma jadi rasa sabar untukmu? Biarkan rindumu mengalir deras, tapi jangan biarkan kerinduanmu terasa hampa, aku ada dan memikirkanmu di sini. Seakan kau selalu beranggapan kalau aku tidak pernah peduli dengan rindumu, aku baik-baik saja di sini. mengenggam kita”
“Oke sebentar, begini. Apa yang membedakan kau yang dulu dengan kau yang sekarang? Kau dulu bisa membagi waktumu dengan baik. Sekarang? Jika aku di sini beserta rinduku malah justru membebanimu, bagaimana jika aku tak ada? Apa semua akan lebih baik? Aku tahu, tapi tak hanya mereka yang butuh kamu, aku juga butuh kamu. Aku ini kekasihmu kan? Aku juga sudah sibuk dengan berdiam dan menahan apa yang sebenarnya sangat ingin kukatakan. Tapi kau tak terlalu peka jika aku diam. Aku juga sudah menahan berbagai hal yang kurasakan. Aku juga menjaganya dengan tak banyak bicara, tapi aku juga perempuan yang bisa lelah. Apa aku tak berhak lelah padahal aku menunggu, lalu kau berhak sibuk dan membiarkanku? Begitu? Aku tahu aku mengertimu, tapi aku tahu aku juga butuh pengertianmu. Aku sudah tak tahu bagaimana cara mengekspresikan kecewa dan kegembiraan apabila mereka datang secara bersamaan seperti ini” Penjelasan yang cukup panjang, dengan ini aku nyatakan, aku sangat bersalah.
“Kesibukanku dulu dan sekarang jauh berbeda, dan sekarang aku lebih menggunakan rasa kepercayaan terhadap kita. Kalau kau percaya aku baik-baik saja di sini, jangan kau gunakan senjata air matamu untuk merengek. Waktuku yang tak banyak. Waktu yang sedikit ini, sering digunakan oleh kita dengan banyaknya keributan akan hal yang sama "ketidakpekaanku" yang terlambat. Aku yakin kau sudah cukup dewasa akan rasa pengertian ini, kita sudah terlalu mengenal kita. lalu sekarang kau terlalu perasa untuk curiga. Pengertian itu dari segi tindakan, apa aku merasa dimengerti akan pekerjaan yang menyita banyak waktuku?”
“Pengertian itu dari segi tindakan, apa kau bisa lebih dewasa akan pekerjaan yang begitu merenggut diriku darimu, percayakah kau? Jangan pernah merasa aku tak pernah peduli denganmu, dari segi apa aku tak pernah mengertimu? Setidaknya waktuku yang tak banyak, aku selalu sempat mengabarimu, hanya untuk membuatmu tenang di sana. begitu kan? Kau tak pernah menganggap aku begitu peduli denganmu, yang kau fikirkan, aku selalu harus ada untukmu, padahal waktuku terbatas”
“Aku tak berharap aku selalu dimengertimu, aku mengerti kerinduanmu. tapi tolong bisa kau pahami waktuku sedikit. Aku tak pernah diam saat kau mulai kalut dengan kerinduanmu, aku selalu memikirkan bagaimana kau diam untuk mengerti keadaan.” Malam ini kita terluka, tapi Aku tak pernah lelah memberikan penjelasan dengannya, setidaknya ini yang membuat ia semakin mengerti dan tenang, kalau aku tidak main-main meskipun jauh dengannya.

***

Kita sangat paham kalau rindu itu menyiksa, kita cukup disadarkan kalau pertemuan itu benar menyiksa, pertemuan yang sebentar namun tak sebanding dengan penantian yang dirasakan.

Kita pernah memilih untuk tidak melanjutkan hubungan ini atas dasar kita sudah tak sepaham, padahal kita masih saling sayang. Namun kerinduan yang berlebihan meracuni agar semua harus diakhiri.

Kita, kita tak perlu susah payah untuk bertengkar hanya karena rindu. Yang kita lakukan adalah bagaimana kita bisa membuatnya mengerti keadaan, memahami kerinduan, dan mengajarkannya arti sabar penantian. Pertemuan yang sesaat namun sangat berarti, membuat kita percaya kalau kebersamaan itu akan ada dan tetap ada. Hingga waktu yang menentukan kalau kebersamaan akan berpihak pada kita yang memilih bersabar dan saling mendo’akan kapan waktu itu akan ada, kebersaman yang abadi.

Notes: Komentarin yaa. Titik Dua Bintang. 


Minggu, 07 April 2013

Before Today

Tidak ada yang berat saat aku mengetahui bahwa kau akan selalu ada dan menjadi tempat bergantungku meskipun aku terbiasa melakukan apapun sendiri melihat dari keadaan bahwa kau jauh dan tak bisa selalu ada di sisiku. Tapi kau membuat dirimu hadir dan nyata sehingga aku tak pernah merasa sulit dan jenuh.

Tidak ada yang kuragukan bahkan saat dunia menyalahkanku dan menyalahkan anggapanku, karena kau selalu ada dan akan selalu berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Tidak ada yang kurisaukan meskipun kau jauh karena kepercayaanmu utuh kugenggam dan kau selalu meredamkan cemburu dan gundahku. Karena hanya perkataanmu yang bisa membuatku tenang dan percaya meskipun terkadang dengan emosi dan egois aku mati-matian menyalahkanmu.

Kau tak pernah memelukku saat aku menangis,
Kau tak pernah ada di sisiku mengecupku saat aku merindukanmu,
Kau tak pernah ada di sisiku menjagaku hingga reda saat aku sakit,
Kau tak pernah berjalan di sisiku menggenggam tanganku,
Kau tak pernah ada di saat dunia seakan menjauhiku,
Kau tak pernah menenangkanku saat amarahku menguasaiku,
Kau tak pernah menghangatkanku saat udara dingin menyerangku,
Kau tak pernah menjemputku di saat aku benar-benar butuh,
Tapi kau selalu membuatku merasa dirimu melakukannya, karena kau membuat dirimu hadir, nyata, dan terasa.

Saat aku mengeluh kau akan selalu menguatkanku.
Saat aku memutuskan untuk berdiam, kau selalu membujuk tawa dan senyumku.
Saat aku butuh, kau selalu tak pernah membuatku mencarimu terlalu lama dan berbelit.
Saat aku mulai menangis, kau selalu menghentikan air mata itu mengalir dari mataku.
Saat aku kehilanganmu, ah, kau tak pernah membuatku merasa kehilangan, karena kau selalu menjelaskan apa yang terjadi padamu di sana.

Aku selalu mencintaimu.
Memberi dengan ikhlas dan menanti dengan rela.
Aku setia, dan kau tahu itu.
Aku menanti dan kau tahu itu.
Aku sedih dan kau rasakan hal yang sama.
Aku tak berubah, dan kau tahu benar siapa aku.
Entah bagaimana masa depan merubah keadaan, kau tahu bahwa aku tak pernah ingkar.


















Ah, aku tadi bilang masa depan membawa perubahan ya? Ya, dan kau..........
Aku yang tak peka karena tak merasakan apa yang kutuliskan lagi, atau memang masa depan membawa perubahan padamu? 

Rabu, 03 April 2013

Tertatih mempertahankanmu. Bag. I

Hai, selamat pagi. Aku ingin menyapamu dengan sederhana meskipun hanya pesan singkat, bukankah itu akan membuatmu tenang kalau aku baik-baik saja di sini, ya meskipun aku selalu berharap kau membalasnya, namun pada kenyataanya kau tetap tak membalas pesan singkat itu. Aku masih ingat dan masih menyimpan pesan singkat yang kau kirimkan dulu saat aku terbangun tidur, kau begitu romantis maka aku jatuh cinta padamu sampai saat ini, tapi perlakuan itu dulu. Saat ini, kau berubah. Kau tahu? Aku ingin menyeduhkan teh hangat ketika kau terbangun di pagi hari dan menyiapkan sarapan di pagi hari, tapi entahlah ini mungkin belum saatnya aku melakukannya. Mungkin, kau juga begitu, ingin memberikan kecupan hangatmu saat aku terbangun tidur ketika ayam mulai berkokok di pagi hari, ini belum saatnya katamu, dulu. 

Hai selamat siang. Dari pagi, aku menunggu kabarmu, tapi entahlah kau kemana aku selalu berfikir kalau kau baik-baik saja di sana. Mungkin, kau masih tenggelam dengan banyaknya kesibukkanmu, aku selalu berfikir positif tentang ini, begitu beruntungnya kau memilikiku, aku tak meminta banyak waktumu dan aku sudah tak menuntut banyak hal. Bukankah kedewasaan ini yang kau ajarkan padaku, dulu. Tapi semakin ke sini, sadarkah kau kalau rindu ini sepihak "hanya aku yang mengalami hal ini, hanya aku. Jika aku mengeluh tentang ini padamu langsung, kau akan berkata "aku mudah lelah, dan aku si pengeluh yang kambuhan". Kau mengajarkanku kedewasaan, bisakah kau mendewasakan dirimu akan "rindu yang sepihak ini". Dulu, kau rutin mengingatkanku agar aku tak lupa makan siang, akupun begitu. tapi sekarang, keadaan memang berubah. Kau menghilangkan kebiasaan "mengingatkan makan siang itu" dan aku tetap mengingatkanmu, bukankah ini sepihak? 

Hai, selamat malam kamu. Aku rindu, dan kau abaikan. Aku ingin bertemu dan kau seakan tak peduli. Sebenarnya, aku ingin bercerita banyak hal malam ini dan kau tetap saja tak ingin mendengarkannya. Lalu, aku ini siapa? 
Mungkin kau lupa, rutinitas kita dulu yang pernah kita sepakati bersama setiap jam 7malam aku atau kamu harus menelpon dan menghubungi, bercerita banyak hal apa yang telah kita lakukan hari ini dan apa yang akan kita lakukan esoknya, semua ini kenangan... Entah dari kapan rutinitas ini sudah kita lupakan dan tak kita lakukannya kembali, aku tak pernah bosan dengan rutinitas seperti itu, menurutku itu yang membuat aku yakin denganmu. Setidaknya ketika malam kau menelponku aku selalu membayangkan kalau kau memelukku dengan suara-suaramu itu, rindu yang berkehendak akan itu, sadarkah kau? 


***

Aku bukan mengeluh, aku bukan mengajakmu untuk memperbaiki hubungan kita, bisa kau tenangkan dirimu sejenak lalu kau mainkan ingatanmu dengan apa yang pernah kita lakukan dulu, dulu saat kita ingin mengawali hubungan. Jika ingatanmu sudah tertata rapih tentang apa yang ingin kita awali dulu sampai saat ini, bercerminlah padanya. Aku sih, sudah, Jauh-jauh hari saat aku merasa aku mempertahankanmu dengan sepihak. Sapaan pagi, siang, dan malam yang dulu sering kau lakukan semua terbalik, aku yang melakukannya, dan aku harus melakukannya untuk mengingatkan bahwa hubungan yang sudah tertata rapih tak kita sudahi dengan perbedaan-perbedaan kecil hingga membuat aku, kau, dan kita sudahi saja dengan sia-sia. Lalu kau kemana? Oh, iya aku lupa kalau kau sibuk dan kesibukkanmu yang membuat aku harus sadar diri. 

Sadarkah kau, kalau mempertahankan hubungan itu bukan hanya ada satu saja yang memperjuangkannya, dan sadarkah kau kalau setiap hubungan ada aku dan kamu. Bukan aku yang mempertahankanmu saja, aku yang mengingatkanmu tentang kommitmen, kepercayaan dan bagaimana mengetahui siapa yang mengabari dan dikabari.

Seakan kau tak butuh lagi kominikasi yang kau lakukan dulu, ada cara sederhana yang membuat pasangan yakin terhadap pasangannya, cara yang sangat sederhana "memberi satu pesan singkat". Itupun kalau kau mau. Pernahkah kau berfikir kalau kamunikasi yang semakin berkurang ini membuat kita menemukan satu titik yang sama; jenuh. 


Dan pernahkah kau sadari kalau aku tertatih mempertahankanmu. 


Kalau Masalah Perjuangan Mempertahankan, coba kamu cek ini dan beli bukunya  

Notes: Blogger yang baik selalu meninggalkan komentarnya.