Sabtu, 25 Mei 2013

Tertatih mempertahankanmu. Bag. III [Habis]

Mungkin ini sudah kita bicarakan sebelumnya, bahwa merindukanmu tidak pernah ada jeda. Aku tau kalau pertemuan itu akan ada, pastinya ada. Tapi apa pernah kau bersabar sedikit dengan apa yang kita tunggu saat ini. Kita tidak terluka, kita sedang tidak bersusah payah mempertahankan sesuatu. Tapi, nyatanya keadaan membuat kita tak pernah disadarkan akan mempertahankan cinta yang sebenarnya. Kau bilang ini tak adil? Kau bilang kau yang selalu merindukanku, dan aku tidak pernah merindukanmu, nyatanya salah. sampai saat ini, sampai kau mendiamkanku beberapa hari, aku tetap memikirkanmu, bersusah payah mencari celah agar kita bisa baikan. 

Ada beberapa cara yang sudah kulakukan, namun itu tetap saja gagal untuk membuat kita baikan, mungkin di sekitarmu ada sedikit cara untuk membuatmu tersenyum dan sedikit cara itu berhasil, aku iri dengan mereka, orang yang tentunya bukan kamu sayang, orang yang seharusnya kau abaikan karena ada aku disini, aku kekasihmu. 

Kau mungkin sadar juga kalau kita tak pernah menyelesaikan masalah pada saat keadaan kita jauh seperti ini, entah aku atau kamu yang egois atau kita berdua. Kita seharusnya belajar dari beberapa kesalahan yang pernah fatal pada diri kita, terlalu mudah menerima perhatian dari orang lain, terlalu mudah membalas orang yang perhatian. Ya, mungkin itu ada pada dirimu. Disana ada banyak pria yang mencari celah agar bisa mendekatimu, karena aku jauh mereka memanfaatkan keadaan yang semestinya kau sadar, dan kau gunakan kesetiaanmu demi hati yang aku titipkan disana, nyatanya benteng hatimu, begitu mudah terjajah orang lain. Dan... Aku kalah. Aku lewat, aku tidak tahu kalau kau sudah... Kau sudah nyaman dengan orang lain. Ini salahku juga, aku terlalu sibuk dengan kerjaanku disini, akhirnya batas kesabaranmu sudah habis untuk mengertiku, dan fakta kesetiaan itu terbalik. Sebelumnya kau tuduh aku mengkhianatimu, jelas-jelas aku sibuk dengan pekerjaanku dan mana sempat aku bisa selingkuh, kenyataanya kau yang mengkhianati. 

Aku percaya kau bisa menjaga apa yang kutitipkan disana, apa kau bisa percaya kalau kesibukkan dan semua kerjaan-kerjaanku disini untukmu juga, apa yang kulakukan, semua sudah kurencanakan untuk kamu, dan kita, kelak kita akan bertemu esok. Aku mohon, bersabarlah...

***

Kalau ada bagian-bagian rindu yang tak tersampaikan, mungkin aku sudah begitu resah dengan adanya kita. Aku ragu untuk mempertahankan semua yang aku kira tadinya baik-baik saja, seimbang. Malah pada akhirnya tidak begitu. Bagimu aku tidak boleh mengeluh, dan aku tidak boleh berinteraksi dengan siapapun agar aku tidak jatuh hati disini. Perlu kau ingat, aku wanita biasa, bukan perindu yang murahan, namun selayaknya orang lain, aku juga ingin diperhatikan sama seperti teman-temanku juga. Kau memang menahanku, tapi dengan rasa ketidak pedulianmu disana kau seakan melepaskan sesuatu yang sebenarnya kau sayang, melepas dengan perlahan, ya kau seakan melepaskanku dengan perlahan. 

Aku sadari ini keluhanku yang menurutmu kelewatan. Yang aku sadari hanya, kesibukkanmu yang kelewatan, tidak menghargai siapa yang merindukanmu disini. Apa alasan bagiku untuk mempertahan sesuatu yang sudah tak seimbang? Bayangkan saja, seminggu berapa kali kita interaksi satu sama lain, jarang, terhitung dengan jari satu tangan. Sedikit bukan? Apa alasan yang membuatku yakin kalau kau baik-baik saja disana, sedangkan aku tak tau keberadaanmu dimana dan kondisimu seperti apa, kau tak mengabariku bukan? Aku bukan membuat kamu terlalu benar-benar terkekang dengan aku disini, aku ingin kau hargai rasa kekhawatiranku. 

Kita tak pernah berdamai dengan kerinduan yang hadir, aku ada kamu entah kemana, aku pergi kau mencari. begitu-begitu terus dan tak ada ujungnya, apa aku kecewa? Sangat. 

Sepertinya, apa yang kita lakukan selama ini, kebaikkan yang selama kau lakukan hanya ada pada awal cerita. Perlahan kau pudarkan keyakinan itu dengan kelakuanmu sendiri, ketidak pedulianmu, acuh tak acuhnya kamu. 

Kau belum terlambat, sebelum semuanya aku yang harus mengalah, kau punya banyak waktu yang seharusnya kau gunakan untuk memperbaiki hubungan kita, aku belum nyaman dengan orang lain, aku belum benar-benar mengkhianatimu, tapi semua itu akan terjadi. Jika kau benar-benar masih tak peduli dengan keadaanku disini. Terserah, aku bukan pasrah tapi aku kembalikan hubungan ini ke kamu. Kau akan perbaiki atau tidak. Dan aku percaya kelak kita bisa kok menyelesaikan masalah yang ada, kau hadir dan temui aku. 

***
Mereka enggan berbicara banyak tentang hubungan yang mereka sedang jalani, berat, dan tak terselesaikan dengan jarak jauh. Ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah yang hadir, pertemuan? Bukankah semua butuh rencana, dan waktu memang belum mengijinkan. Mungkin salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ada dengan kedewasaan masing-masing. Hadir dan seharusnya kembali pada mereka yang dulu dan saling mencintai. 

Rasa yang mereka miliki sudah pudar, ada keganjilan yang awalnya sederhana, interaksi satu sama lain yang semakin berkurang. Ragu? Mungkin. Tapi, perlu ditekankan kembali, kepercayaan satu sama lain mulai yang tidak ada. Saling sayang juga percuma kalau rasa percaya yang mereka miliki sudah tidak ada. Dan rasa percaya yang tak ada membuat semua orang bisa tertatih mempertahankan hubungannya. Apa kamu bisa percaya dengan hubunganmu saat ini? 


Notes: 
Wajib komentarin ya. titik dua bintang, eh klik ini juga.

Sabtu, 11 Mei 2013

Tertatih Mempertahankanmu. Bag. II

Yang mau baca part I silahkan klik di sini

Selamat pagi...
Aku tak perlu memberi kabarmu lagi, ya, seperti perbincangan pada awal-awal kita memulai cinta, aku yakin kita cukup dewasa akan hal "mengabari-dikabari", dan aku yakin lagi, kau sudah gunakan rasa kepercayaanmu untuk saling mengerti. Pastinya kau percaya bahwa aku baik-baik saja di sini. Kau pasti mengertikan bagaimana kesibukkanku yang begitu banyak menyita waktu, dan kau teralihkan olehnya. Maaf, mungkin ini terkesan egois. Kau pasti beranggapan aku cuek dan seakan tak peduli denganmu. Tenang saja, setiap apa yang aku lakukan di sini aku tetap memikirkanmu, dan aku tak ingin menyampaikan rindu padamu, kalau rindu ini aku sampaikan padamu, aku bisa menebak siapa yang akan memulai mengeluh dan memulai meributkan hal-hal kecil. Seperti siapa yang meninggalkanmu dan siapa yang merasa bersalah atas jarak.

Selamat siang...
Aku sudah menerima kabar darimu tadi pagi, tapi aku tak perlu membalasnya, dan kau kabari aku lagi siang ini, bukan berlebihan bukan juga aku membiarkanmu, aku percaya kalau kau baik-baik saja di sana. Tapi kau perlu tahu, aku sibuk dan aku lakukan semuanya dengan sendiri dengan baik-baik tanpa ada yang pengkhianatan cintaku di sini. Aku juga tahu, rasa percayamu akan pudar jika aku membiarkanmu melakukan apapun dengan sendiri, aku percaya kau akan berhenti berharap karena kau tak bisa menjadikan apa yang kau mau. Terlebih, aku akan percaya jika kau tak terlalu berharap aku akan mengabarimu setiap saat. Percaya aku, aku baik-baik saja di sini. jangan terlalu egois dengan keinginan rindumu, dan jangan terlalu egois dengan rindumu. Aku tau kau rindu, tapi apa kau bisa mengerti sedikit dengan beberapa kerjaanku. Mengerti bahwa pekerjaanku di sini demi kamu juga.

Selamat malam...
Aku sudah melakukan rutinitas kita, menelponmu, bercerita banyak apa yang kita lakukan seharian ini, memberi pendapat apa yang akan kita lakukan esok. Tapi, aku terlalu benci dengan rutinitas kita, semu, tak berkembang dan terlalu mudah bosan. Apa kau ada ide dengan semua yang pernah kita lakukan saat berjauhan seperti ini? Ide supaya kita tak terlihat begini-begini saja? Pertemuan? Ah, kau gila, pertemuan itu memakan hati, terlalu dibohongi dengan harapan yang tak ada kepastian. Bisa saja pertemuan itu ada, apa kau tega dengan pekerjaanku di sini, kutinggalkan begitu saja. Untuk hal seperti ini kita tak perlu egois ya. Untuk menyalahkan siapa dan siapa. Akupun rindu kau, tapi pertemuan itu bukanlah hal yang mudah. Semua butuh rencana yang kita sendiri saja tidak tahu kapan? Atau mungkin kejutan, entahlah, yang pasti waktu yang akan menjawab pertemuan itu. Yang harus kita lakukan adalah bersabar, sabar.

***

Kau lihat aku di sini? Berapa banyaknya waktuku untukmu dan berapa kesibukkanku yang kupunya demi menjemput secarik waktu yang aku buat untuk masa depanku sendiri, masa depanmu juga. Tapi entahlah dikemanakan pengertianmu? Selalu mementingkan apa yang kau rasakan dan itu yang membunuhmu sendiri, mulai dari keegoisanmu yang naik-turun, ketidakpedulianmu akan apa yang ku kerjakan di sini. Aku tak pernah lelah untuk bersabar, aku tak pernah lelah untuk mempertahankanmu, aku ingin kau paham bahwa waktu yang kupunya, sedikit apapun itu akan kugunakan untuk memberi kabar untukmu.

Tulisan ini mungkin tidak ada apa-apanya dibanding apa yang aku ingin jelaskan dalam benakku, jika aku ingin jelaskan semuanya kau akan lelah membacanya, aku ingin menulis ringkas namun tepat, seperti waktu aku mendekatimu namun cinta ini tepat utukmu, seperti itu. Kita ini sedang berjauhan jangan kau anggap aku berubah dengan aku yang dulu, kau belum dewasa menyikapi rindumu, aku yang kelabakkan di sini, aku mencoba menjelaskan semuanya kalau aku tidak berubah sama sekali, aku tak menomorsekiankan kamu, dan aku tak mengkhianati. Aku menggenggammu. Tak bosan aku menjelaskan kalau aku di sini baik-baik saja, di sini dan tak main-main denganmu, perasaanmu keterlaluan menganggap kalau aku mengkhianati cintamu, perasaanmu yang menyiksamu dirimu sendriri yang pada akhirnya menyiksa kita juga, dan cinta kita.

Apa aku lelah? Tidak, setiap perjalanan cinta itu punya lika-likunya masing-masing, dan kita? Kita seperti ini, terpisahkan jarak lalu bercumbu dengan rindu yang apa adanya, kadang tersiksa kadang bahagia. Perkara jauh, aku tetap mencintaimu. tapi aku bisa menahannya, rindu ini aku alihkan dengan beberapa kesibukkanku, jujur aku memang egois dalam hal "merindukan" tapi dibanding aku tidak melakukan apa-apa, aku akan tersiksa dengan batinku sendiri karena merindukanmu, sama seperti dirimu yang tak pernah bisa mengalihkan rindumu dengan sendirinya, akhirnya kau selalu merasa kalah dan menyalahkan siapa yang tidak merindukan, iya, yang sering kau salahkan yaa aku. Kau tidak pernah belajar untuk tidak merindukan dalam arti mengalihkan rasa rindumu dengan beberapa kesibukkanmu. Tapi aku tetap bersabar mengajarkanmu arti sabar menunggu, setidaknya aku berusaha untuk tetap mempertahankanmu, dengan adanya aku di sini, t-e-r-p-i-s-a-h. 


Tidak ada alasan  bagiku  untuk lelah mengertimu, setidaknya aku sedang berusaha berjuang  dan mempertahankan demi kita.

Terlepas dari semua keluhan-keluhanmu...
....
....
 Buat aku jatuh cinta lagi denganmu dengan kesabaranmu....


Notes: Silahkan tinggalkan komentarnya, ya, setelah baca postingan di atas. Titik Dua Bintang.