Sabtu, 18 April 2015

Berdoalah.

Padahal ada banyak cerita yang akan ku sampaikan, tapi entah aku lupa bagaimana caranya untuk menyampaikan, dan kau lupa cara bagaimana memancing percakapan kita. 

Padahal ada banyak rindu yang tumbuh dengan sendirinya, tertahan dengan mulut yang beku, tertahan dengan tubuh yang terbentuk dengan nama gengsi, kau pun sama. 

Jarak tak mudah ternyata, mematahkan apa yang kita awali dengan semangat, tapi kau tahu pertemuan kemarin aku semangat kembali, begitu terpisahkan kau seakan tak peduli dengan keberadaanku di sini, kau lupa atau menghindar pun aku tak tahu. 

Saat kita bersama, aku ingat aku pernah berkata ketika kau akan pergi "aku baik-baik saja kok, tenang saja. Jarak memang kejam, tapi semangatku untuk menunggu tak akan patah, dan kita tetap bertemu suatu saat nanti, entah kapan, dan di mana, aku tau pertemuan itu penting dan harus secepatnya. Aku merindukanmu". 

Berdoalah agar kita baik-baik saja.
Berdoalah dengan segala upayamu untuk tetap menunggu. 
Berdoalah tak peduli seberapa banyak kamu harus mengayuhnya. 
Berdoalah agar suatu saat Tuhan menyegerakan kita untuk bersatu. 

Amin. 

https://instagram.com/longdistance.r/




Notes: Jangan lupa berkomentar~ 

Sabtu, 14 Februari 2015

Tips biar ngga putus ketika LDR-an

Hallo selamat malam minggu bagi kamu yang sedang tidak menjalaninya, kalau ditanya musim apa sekarang, mungkin sebagian orang yang sedang berpacaran akan menjawab lagi musim berantem sama pacar karena jenuh jauhan, begitu lah jarak jauh, semangat di awal sanggup nunggu, namun ketika di tengah jalan malah bingung untuk nentuin hubungan ini baiknya dilanjut apa engga. 

Jarak itu kejam, emang. Tapi jarak juga bisa kita kasih waktu untuk dewasa dalam hal menunggu, tergantung kita mau dewasa mungkin mengerti dia yang di sana atau malah sebaliknya, yang selalu ngerengek kalau dia sibuk. 

Banyaknya waktu untuk nunggu dia yang di sana, itulah cobaan kita bisa memahami dia atau engga, karena memang menunggu adalah hal yang semua orang enggan melakukannya. Tetapi dengan eldeer, sebagian orang memaksakan diri kalau dia sanggup bisa nunggu, percaya itu kayak modal utama, dan dicicil sama beli pulsa biar komunikasi lancar, agar makin percaya juga. 

Dan banyak lagi beban yang ia tanggung kalau jarak memisahkan, entah itu hadirnya orang ketiga, pelaku eldeernya sendiri yang masih belum bisa bersikap dewasa, dan lain-lain. Sebentar lagi ada tips gimana caranya nanti bisa bertahan dengan berbagai beban tersebut. Mari dibaca dan dipraktekin nanti.

1. Belum bisa bersikap dewasa.

Karena masih belum bisa menerima keadaan terpisah, kekhawatiran berlebihan itu ada, jarak memaksakan kita untuk mengerti rindu yang berlebihan ketika terpisah, ego masing-masing lah korbannya, kita tidak bisa memaksa dia untuk bersikap dengan apa yang kita mau. Jauh itu menahan, menahan untuk agar tidak marah-marah, karena dia pun sama merindukan apa yang kita rasakan, yang membedakan adalah pembawaannya.

Kamis, 29 Januari 2015

LDR Story - 17 Agustus 2014, LDR-ku Merdeka!

Namaku pipit, dan aku mau berbagi kisah LDR-ku antara Jakarta-Banjarmasin. Perkenalanku dengan dia bukanlah suatu yang terduga. Tak pernah bertemu sebelumnya namun kami memiliki perasaan yang aneh saat mulai berkomunikasi via bbm & telpon 2 tahun silam.

Namanya Dhika, usianya terpaut 8 tahun denganku yang saat itu berumur 19 Tahun. Perkenalan kami sangat singkat jika dilihat dari pengalaman hubunganku sebelumnya, hanya seminggu setelah saudara sepupuku yang tinggal di Jakarta memberikan pin bbm ku kepadanya. Malam itu ia meng-invite bbm ku dan langsung kuterima sesuai skenario dengan sepupuku.

Awalnya aku berpikir hanya untuk sebatas teman ngobrol, tak ada keseriusan didalamnya karena aku pernah berusaha mencoba LDR namun gagal. Sehingga aku tak percaya jika LDR itu akan berhasil. Namun malam itu, ada suatu rasa yang aneh ketika aku mulai berkenalan dengannya. Sehari mengenalnya seakan aku sudah bertahun-tahun mengenal dirinya. Perasaaan itu pun kian tumbuh seiring rutinnya ia menghubungiku baik via bbm ataupun telpon.

Cinta memang diluar logika. Aku tau bahwa ia tidak akan selalu ada setiap hari untuk selalu menemaniku. Aku tau bahwa ia akan jauh lebih sibuk karena pekerjaannya sedangkan aku masih kuliah semester 5. Aku juga tau bahwa lingkungan kami yang berbeda akan membuat komunikasi kami terbatas. Namun anehnya, perasaan nyaman itu muncul dengan sendirinya dan tak bisa ku pungkiri. Ia membuatku merasakan dirinya dekat dan nyata sebagai pasanganku.

Singkat cerita, setelah seminggu kami berkenalan, suatu malam ia menelponku berjam-jam lamanya dan ia menyatakan perasaannya. “aku disini nggak nyari calon pacar, tapi aku mau cari calon istri. Kalau kamu mau, kita bisa coba lanjutin hubungan ini”. Kira-kira seperti itulah yang diucapkannya. Dan aku hanya bilang, “iya, kita coba”. Dan resmilah kami berpacaran pada 22 desember 2012 tanpa pernah saling bertatap muka.

Bulan-bulan pertama memang begitu membahagiakan. Pembuktian akan keseriusannya padaku adalah saat pertama kali ia datang ke Banjarmasin untuk menemuiku pada bulan Februari 2013. Ia memberiku kejutan dengan tidak menghubungiku seharian dan keesokan harinya ia menelpon dan bilang sudah di bandara syamsudinnoor bersama temannya. Sungguh perasaan yang sulit untuk diungkapkan.